Minggu, 16 April 2017

BAB 6 Aset

Teori elemen statemen keuangan tidak terbatas pada penlaran tentang definisi, tetapi meliputi pula penalaran tentang pengukuran, penilaian, pengakun, penyajian, dan pengungkapan. Penalaran ini menjadi dasar dalam pemilihan kebijakan baik pada tingkat perekayasaan maupun penetapan standar.
Konsep kesatuaan usaha menegaskan bahwa perusahaan merupakan entitas yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri dan perusahaan menjadi fokus pelaporan. Jadi fungsi pengelolaan dan pemilikan terpisah sehingga keduanya dipandang sebagai huubungan bisnis. Hubungan bisnis dapat dipertahankan kalau aset yang dikelola manajemen selalu ditunjukkan asal atau sumbernya.
Setelah badan usaha berdiri dan pemilik menanamkan dana ke badan usaha, upaya badan usaha dalam mendatangkan pendapatan dilakukan dengan menyediakan barang dan jasa yang melibatkan pemerolehan berbagai aset.
Aset merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan, jika dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas.

Pengertian
Menurut FASB aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai / dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Menurut APB dan ijiri medefinisi aset sebagai sumber ekonomik karena adanya unsur kelangkaan sehingga suatu entitas harus mengendalikannya dari akses pihak lain melalui transakasi ekonomik. APB juga membedakan aset menjadi yang digolongkan sebagai sumber ekonomik sebagai berikut :

1.              Sumber produktif
a)    Sumber produkitf kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik, perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya, jasa, dan sumber lain yang digunakan dalam produksi barang dan jasa.
b)   Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk menggunakan sumber ekonomik pihak lain dan hak untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak lain.
  1. Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas :
a)    Barang jadi yang menunggu penjualan
b)   Barang dalam proses
3.   Uang
4.   Klaim untuk menerima uang
5.   Hak pemilikan atau investasi pada perusahaan lain.
Dengan berbagai perbedaan di atas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat dapat disebut aset, yaitu :
  1. Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
  2. Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas
  3. Timbul akibat transaksi masa lalu

Manfaat ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa yang dapat dia beli atau karena daya tukarnya.
Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas, barang, ata jasa. Karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
FSAB mengajukan dua hal yang harus dipetimbangkan dalam menilai apakah pada saat tertentu suatu pos atau objek masih dapat disebut sebagai aset, yaitu :
  1. Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya mengandung manfaat ekonomik masa datang.
  2. Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap ada pada saat penilaian.

Dikuasai oleh entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Bila pemilikan menjaadi kriteria aset, maka akan banyak pos yang tidak msuk ebagai aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca. Dengan kata lain, pemilikan sebagai kriteria akan mengakibatkan banyak pos dilaporkan di luar neraca. Oleh karena itu konsep penguasaan lebih penting daripada konsep kepemilikan.
Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap suatu objek dapat diperoleh dengan cara :
1. Pembelian
2. Pemberian
3. Penemuan
4. Perjanjian
5. Produksi / transformasi
6. Penjualan
7. Lain – lain eperti pertukaran, peminjaman, penjaminan, pengkonsignaan, dan berbagai transaksi komersial yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis.

Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu, kriteria ini untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, manfaat ekonomik dan penguasan atau hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan melalui statemen keuangan.
FSAB memasukkan trnsksi atau kejdian sebagai kriteriaa aset krena transaksi atau kejaadian tersebut dapat menambah atau mengurangi aset. Aset atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau seluruhny di luar kemmpun kesatuan usaha atau manajemennya untuk mengendalikan misalnya kenaikan harga, perubahan tingkat bunga, pertumbuhan alamiah, penyusutan, pencurian, huru – hara, kecelakaan, dan bencana alam. Berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat ekonomik suatu objek.

Karakteristik Pendukung
FSAB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yang melibatkan kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik pendukung tersebut lebih menguatkan atau menyakinkan adanya aset tetapi tidak adanya karakteristik pendukung  tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.

Melibatkan kos
Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos sebagai penghargaan sepakatan. Jika kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau pembelian, maka objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset.


Pengukuran
Pengukuran bukan kriteria untuk mendefinisi aset tetapi merupakan kriteria pengakuan aset.
Sebagai aliran informasi, kos juga mengalami tiga perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis, yaitu :
  1. pengukuran, pengakuan, dan klasifikasi pertama kali pada saat terjadinya. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pengukuran saja.
  2. pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi, distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal / manajerial atau kepentingan pengkosan produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut penulusuran
pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau perioda – perioda yang akan datang. Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut pembebanan ke pendapatan.

*Note
Jika suatu pengeluaran dicatat sebagai biaya, secara konseptual dianggap bahwa kos objek bersangkutan dicatat sebagai aset dan kemudin saat yang sama kos tersebut langsung dipindah ke biaya.

Jenis penghargaan
Kos dalam barter
Barter atau pertukaran aset merupakan pemerolehan aset dengan penghargaan berupa aset berwujud atau non moneter lainnya.
Adapun prinsip – prinsip penentuan kos aset yang diterima dalam barter atau pertukaran :

  1. pertukaran tak sejenis, tanpa pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai wajar / pasar aset yang diserahkan atau nilai wajar aset yang diterima, mana yang lebih mudah atau jlas ditentukan. Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran
  1. pertukaran tak sejenis, dengan pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai wajar / pasar aset yang diterima. Dalam hal ini, nilai pasar aset yang diserahkan menunjukkan kas yang akan diterima seandainya aset tersebut dijual. Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran.
  1. pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku atau nilai pasar aset yang diserahkan, mana yang lebih rendah. Ini berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
  1. pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok mana yang lebih rendah. Ini juga berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi.
  1. pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok
Jika terjadi rugi : aset yang diterima dicatat sebesar harga pasar aset yang diserahkan dikurangi kas yang diterima. Ini berarti rugi yang terjadi diakui semua pada saat terjadinya transaksi.

Jika terjadi untung : aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang diserahkan dikurangi porsi nilai buku aset yang diserahkan yang dianggap dijual. Atau, nilai psar / wajar aset yang diserahkan dikurangi untung tangguhan.

Saham sebagai penghargaan
Saham sebagai penghargaan merupakan salah atau bentuk pemerolehan aset dengan barter. Dalam beberapa hal, jumlah setara saham dapat dicari dengan membandingkan harga tunai jenis saham yang sama untuk memperoleh dana tunai (kas) yang diterbitkan kira – kira bersamaan dengan penyerahan saham untuk memperoleh aset bersangkutan.

Kos dalam reorganisasi
Jika suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian mengalami reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang memadai untuk menentukan kos aset yang dikuasainya. Karena tujuan reorganisasi biasanya adalah menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut.

Hadiah atau hibah
Dalam hal ini, kita ambil contoh suatu perusahaan memperoleh gedung beserta tanahnya melalui sumbangan atau hibah. Perolehan ini tetap dicatat sebagai aset tanpa kos. Karena setiap fasilitas atau faktor ekonomik yang digunakan dalam operasi perusahaan, tanpa memandang asalnya, harus diperlakukan dengan saksama sebagai potensi jasa.

Tujuan Penilaian Aset
Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai informasi semantik bagi investor dan kreditor, maka tujuan penilaian aset harus bepaut dengan tujuan pelaporan keuangan.

Tujuan dari penilaian aset adalah merepresentasikan atribut pos – pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.

*Note
Konsep nilai masukan dan keluaran sebenarnya berkaitan dengan konsep kesatuan usaha yang dianggap mengusai sumber ekonomik (aset) dan harus mempertanggungjawabkan asset tersebut.

Nilai Masukan ( input )
            Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha.

Nilai Keluaran ( output )
            Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi.

Nilai Terealisasi Harapan
            Secara semantik, nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas tau potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti.

            Dalam penilaian ini lebih bermanfaat dan valid untuk menilai investasi tunggal atau perusahaan secara keseluruhan dari sudut pandang invstor. Untuk penilaian aset secra individual , dasar penilaian ini mengandung beberapa kelemahan yaitu :
  1. Kalau tidak ada pasar untuk asset bersangkutan, penentuan aliran kas masa datang bersifat subjektif sehingga sulit diversifikasi
  2. Pemilihan tarif yang cukup representtif untuk merefleksi risiko tiap set sangat problematik. Jika tarif tersebut dapat ditentukan, hasil pengukuran sulit diinterpretasi maknanya oleh pembaca statemen keuangan.
  3. Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh perusahaan dihasilkan oleh seluruh aset sebagai satu kesatuan dalam menghasilkan produk yang akhirnya dijul untuk mendatangkan kas.
  4. Memperkuat 3 alasan di atas, beberapa asset memang tidak terpisahkan sehingga nilai sekarang seluruh asset tidak akan sama dengan penjumlahan semua kas masa datang diskunan tiap pos asset.

Penilaian Menurut FSAB
        Bila dikaitkan dengan asset, dasar penilaian FSAB sebagai berikut :
  1. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos histories ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau di ammortisasi.
  2. Current cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kos atau setaraya yag harus dikorbankan jika asset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.
  3. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas dasar nilai pasar selain yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual asset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal.
  4. Net relizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima dari asset tersebut dikurangi dengan pengorbanan yang diperlukan untuk mengkonversi asset tersebut menjadi kas atau setaranya.
  5. Present value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerima kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.

Pengakuan

            Pengakuan dan penyajian asset biasanya ditentukan dalam standar akuntansi yang mengatur tiap pos asset. Masalah akuntansi menyangkut pengakuan biasanya berkaitan dengan masalah apakah suatu kos / jumlah rupiah terlibat dalam transaksi, kejadian, atau keadaan tertentu dapat diasetkan.


Minggu, 09 April 2017

BAB 5 Konsep Dasar

Ketika mendengar istilah konsep, saya langsung berfikir tentang bagan-bagan yang nantinya akan memudahkan saya dalam menjelaskan sesuatu, entah bagaimana dengan teman-teman? Yang jelas pada kesempatan kali ini saya akan membahas atau membicarakan mengenai Konsep Dasar, yangmana nanti akan menjadi sebuah landasan dalam pengembangan rerangka konseptual.

Sebuah ilmu pasti akan mengalami perkembangan dari masa ke masa, hingga akan lahir sebuah penemuan-penemuan baru. Sebelum terciptanya penemuan-penemuan baru pasti terlebih dahulu ada sebuah ilmu atau pemikiran yang mendasarinya. Sebagai contoh asas Bernoulli  merupakan pemikiran dasar dari terciptannya pesawat terbang. Seperti halnya dengan konsep dasar yang dikemukakan oleh Paton dan Littleton (1970), sebuah konsep dasar yang mempengaruhi pemikiran-pemikiran akuntansi sesudahnya. Ada banyak sekali yang mengemukakan tentang konsep dasar sepertihalnya, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Paul Grady, Accounting Principles Board (APB), dan masih banyak lagi.

Paton dan Littleton (1970), mengungkapkan tujuh konsep dasar, antara lain : entitas bisnis atau kesatuan usaha (the business entity), kontinuitas kegiatan/usaha (continuity of activity), penghargaan sepakatan (measured consideration), kos melekat (costs attach), upaya dan capaian/hasil (efford accomplishment), bukti terverifikasi dan objektif (veriable, objective evidence), dan asumsi (assumptions).

1.       Kesatuan Usaha
Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomi yang berdiri sendiri, bertindak atas nama sendiri dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomi tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. (Suwardjono 2014: 215)

2.       Kontinuitas Usaha
Konsep kontinuitas usaha atau usaha berlanjut menyatakan bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala atau rencana pasti dimasa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap bahwa kesatuan usaha tersebut berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. (Suwardjono 2014: 222)

3.       Penghargaan Sepakatan
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat-harga (price-aggregate) atau penghargaan sepakatan (measured consideration) yang terlibat dalam transaksi atau kegiatan pertukaranmerupakan banhan olah dasar akuntansi yang paling objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomi yang masuk (pendapatan) dan sumber ekonomi yang keluar (biaya). (Suwardjono 2014: 226)

4.       Kos Melekat
Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasikan sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan kembali mengikuti objek yang diteliti. Dasar pemikiran konsep ini adalah bahwa tujuan pengelompokan, pemecahan dan penggabungan kos adalah untuk mengikuti aliran upaya (effort) dalam menyediakan produk atau jasa. (Suwardjono 2014: 231)

5.       Upaya dan Hasil
Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil  (pendapatan) tanpa upaya (biaya). Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya. Artinya, begitu kesatuan usaha melakukan kegiatan produktif (yang direpresentasi dengan terhimpunnya kos) maka pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk pula walaupun belum terealisasi. (Suwardjono 2014: 234)

6.       Bukti terverifikasi dan Objektif
Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (keabsahannya/keautentikannya). (Suwardjono 2014: 239)

7.       Asumsi
Asumsi dalam konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya merupakna asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasannya. (Suwardjono 2014: 242)

8.       Pengakuan Hak Milik Pribadi
Konsep inin menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomi atau aset. Pemilik merupakan salah satu cara untuk memperoleh penguasaan. (Suwardjono 2014: 244)

9.       Keanekaagaman Akuntansi Antarentitas
Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metode) akuntansi antar kesatuan usaha meruppakan suatu hal yang tidak dapat dihindari karena perbedaan kondisi yang  melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha individual. (Suwardjono 2014: 244)


Manfaat konsep dasar bagi penyusun standar dalam berargumen untuk menentukan konsep, prinsip, metode atau teknik yang akan dijadikan standar. P&L menegaskan bahwa penyusunan standar harus dilandasi oleh pemikiran atau penalaran yang jelas dan jernih. 

Minggu, 02 April 2017

BAB 4, Rerangka Konseptual - Suatu Model

Masihkah kita ingat dengan perekaysaan pelaporan keuangan ? yang salah satu hasilnya adalah rerangka konseptual. Kali ini amin akan membahas rerangka konseptual yang dikembangkan olleh FASB. Sebenarnya amin juga sedikit bingung mau cerita darimana, mengingat materinya banyak sekali kurang lebih ada 61 halaman pada bab 4, buku Teori Akuntansi oleh Suwardjono.
Sedikit basa-basi dulu ya, tujuan ? kira-kira apa ya yang dimaksud dengan tujuan itu ? kalo menurut amin sih suatu hal yang harus dicapai dengan berbagai cara guna untuk kepentingan seseorang sendiri atau kelompok. Gak papa ya, sedikit berteori atau berpendapat. Amin sedikit menyinggung kata tujuan karena materi kita kali ini membahas mengenai tujuan dari pelaporan keuangan.
Pengertian tujuan menurut Suwardjono (2014: 145) adalah ke arah mana segala upaya, tindakan dan pertimbangan dicurahkan. Dalam penentuan tujuan pelaporan keuangan harus mengetahui dulu siapa yang dituju, dan untuk apa pelaporan keuangan tersebut. Dalam penentuan tujuan tidaklah mudah, karena banyak sekali kepentingan-kepentingan kelompok atau individu yang harus diakomodir semuannya. Dalam penentuan tujuan ada dua pendekatan yaitu, Statmen keuangan umum dan pendekatan basis data. ada tiga tujuan yang harus dipertimbangkan oleh suatu negara dalam pemberian informasi yaitu, tujuan fungsional, tujuan bersama, dan tujuan kelompok dominan. FASB sendiri dalam menentukan tujuan pelaporannya didasarkan beberapa aspek : konteks lingkungan tujuan pelaporan, karakteristik dan keterbatasan informasi, dan fokus atau cakupan informasi.
Salah satu tujuan utama pelaporan keuangan dalam rerangka konseptual adalah menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor, dan kreditor dan pemakai lainnya. Hal itu karena pemerintah tidak secara langsung mengendalikan efisien alokasi sumberdaya ekonomi, melainkan masyarakat (investor dan kreditor) lah yang melakukannya lewat pasar modal.
Tujuan laporan keuangan selain untuk organisasi bisnis juga ditujukan untuk organisasi nonbisnis, adapun karakteristik organisasi nonbisnis sebagai berikut : 1. Penyedia dana tidak mengharapkan imbalan yang sepadan dengan dana yang dicurahkan. 2. Menyediakan barang dan jasa tidak untuk diperdagangkan tetapi lebih untuk pelayanan. 3. Tidak ada pemilikan pribadi atas aset, secara substantib aset milik publik.

Ada beberapa pertimbangan-pertimbangan dalam mementukan kebijankan akuntansi, antara lain : dasar dari tujuan pelaporan dibuat, manfaat informasi melebihi kos penyediaan, pemakai dapat mencerna informasi, informasi dapat mempengaruhi keputusan, dan apakah dilaporkan via stetmen keuangan atau media pelaporan lain.