Minggu, 19 Maret 2017

PENALARAN (Reasoning)

PENALARAN (Reasoning)

Teori akuntansi berusaha menjelaskan bagaimana praktik akuntansi berjalan seperti saat sekarang ini. Dalam menjelaskan praktik akuntansi tidaklah mudah karena kita ketahui akuntansi perlu menggunakan logika berpikir dalam memahaminya. Salah satunya adalah penalaran, karena dalam akuntansi banyak melibatkan proses penilaian kelayakan dan validitas suatu pernyataan dan argumen. Penalaran dapat memberikan suatu pernyataan atau argumen apakah diterima atau ditolak. Sebuah penalaran yang logis bisa menjadi suatu sarana untuk memverifikasi validitas sebuah teori. Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi (assertion). Pernyataan dapat berupa teori (penjelasan) tentang suatu fenomena atau realitas alam, ekonomi, politik, atau sosial.
Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga konsep penting yaitu: asersi (assertion), keyakinan (belief), dan argumen (argument):

Asersi (assertion)
Asersi (assertion) adalah suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu (misalnya teori) adalah benar. Asersi mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu sebagai elemen pembentuk (ingredient) argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran (berupa simpulan). Dalam asersi seringkali terjadi kesalahan interpretasi karena dua bentuk asersi yang berbeda dapat berarti dua hal yang sama atau dua hal yang sangat berbeda. Untuk mendukung suatu asesi, asersi harus didukung dengan bukti atau fakta. Bila dikaitkan dengan fakta pendukung asersi dapat diklasifikasikan menjadi asumsi (assumption), hipotesis (hypothesis), dan pernyataan fakta (statement of fact). Dalam argumen, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premise) dan konklusi (conclution). Premis adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari serangkaian asersi.

Keyakinan (belief)
Keyakinan adalah tingkat kebersediaan (willingness) untuk menerima bahwa suatu pernyataan atau teori (penjelasan) mengenai suatu fenomna atau gejala (alam atau sosial) adalah benar. Keyakinan merupakan unsur penting penalaran karena keyakinan menjadi objek atau sasaran penalaran dan karena keyakinan menentukan posisi (paham) dan sikap seseorang terhadap suatu masalah yang menjadi topik bahasan. Dalam berargumen dianggap berhasil apabila argumen tersebut dapat mengubah keyakinan, untuk mencapai itu perlu adanya pemahaman mengenai properitas (sifat) keyakinan.

Argumen (argument)
Argumen sering kali diartikan sebagai wujud ketidaksetujuan/ ketidaksepakatan, perselisihan pendapat, atau bahkan pertengkaran mulut. Dalam pengerian ini argumen berkonotasi negatif. Argumen dalam arti positif, argumen dapat disampaikan dengan penalaran logis untuk menjelaskan atau mengajukan bukti rasional tentang suatu asersi (sering dijumpai dalam bacaan, diskusi ilmiah dan percakapan). Argumen sering kali menggunakan kata-kata sebagai berikut; jika, maka, karena, sehingga, oleh karena itu, dengan demikian dsb untuk menunjukan sebuah asersi atau konklusi. Argumen jika diklasifikasikan menurut bagaimana penalaran diterapkan untuk menurunkan konklusi, dibagi menjadi argumen deduktif dan argumen induktif. Argumen deduktif atau juga disebut sebagai argumen logis adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai simpualan (konklusi). Salah satu bentuk argumen deduktif adalah pada penalaran silogisme. Argumen induktif merupakan penalaran yang berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan berakhiran dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut. Argumen deduktif dan argumen induktif memiliki perbedaan, yaitu jika dalam argumen deduktif apabila premis benar maka konklusi pasti atau harus benar. Akan tetapi, dalam argumen induktif, konklusi tidak selalu benar meskipun kedua premis benar.

Kecohan
 Dalam materi sebelumnya sudah dijelaskan bahwa argumen merupakan cara untuk mengubah kesakinan seseorang, dalam praktiknya ada orang yang menggunakan argumen semata-mata untuk mewujudkan keinginannya tanpa memikirkan apakah argumen-argumennya itu benar atau tidak yang demikian itu disebut dengan kecohan atau salah nalar. Kecohan ada yang disengaja dan ada yang tidak disengaja, kecohan yang disengaja biasa disebut dengan stratagem dan kecohan yang tidak disengaja biasa disebut salah nalar.
Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain mengajukan argumen yang vaid atau masuk akal. Stratagem biasanya digunakan untuk membela pendapat yang keliru atau lemah dan tidak dapat dipertahankan secara logis. Oleh karenanya stratagem biasanya sarat akan kebohongan dan muslihat. Biasanya strategem digunakan untuk memaksakan kehendak, membujuk sesorang agar meyakini sesuatu, menjadikan hal yang tidak benar kelihatan benar. cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang biasanya berupa persuasi tak langsung, membidik orangnya, menyampaikan masalah, misrepresentasi, imbauan cacah, imbuan autoritas, imbuan tradisi, dilema semu, dan imbauan emosi.
Salah nalar adalah penyimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Salah nalar sering dijumpai antara lain: menegaskan konsekuen, menyangkal antesenden, pentaksaan, parsialitas, pembuktian dengan analogi, merancukan urutan kejadian dengan penyebab, dan menarik simpulan pasangan.
Aspek Manusia dalam Penalaran

Aspek manusia sangat berpengaruh dalam argumen khususnya apabila suatu kepentingan pribadi atau kelompok terlibat dalam suatu perdebatan. Orang seringkali cenderung tidak mau mengakui kesalahannya, sehingga menyimpulkan tidak sebagai mana mestinya. Seringkali orang juga mencari aman takut kepada atasan meski apayang dilakukannya tidak benar, ujung-ujungnya membuat simpulan yang tidak pada mestinya. Dan masih banyak lagi kecohan yang mungkin terjadi didunia ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar