PENALARAN (Reasoning)
Teori akuntansi berusaha menjelaskan
bagaimana praktik akuntansi berjalan seperti saat sekarang ini. Dalam
menjelaskan praktik akuntansi tidaklah mudah karena kita ketahui akuntansi perlu
menggunakan logika berpikir dalam memahaminya. Salah satunya adalah penalaran,
karena dalam akuntansi banyak melibatkan proses penilaian kelayakan dan
validitas suatu pernyataan dan argumen. Penalaran dapat memberikan suatu
pernyataan atau argumen apakah diterima atau ditolak. Sebuah penalaran yang
logis bisa menjadi suatu sarana untuk memverifikasi validitas sebuah teori.
Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan
mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau
asersi (assertion). Pernyataan dapat berupa teori (penjelasan) tentang
suatu fenomena atau realitas alam, ekonomi, politik, atau sosial.
Struktur dan proses penalaran
dibangun atas dasar tiga konsep penting yaitu: asersi (assertion),
keyakinan (belief), dan argumen (argument):
Asersi (assertion)
Asersi (assertion) adalah
suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa sesuatu (misalnya
teori) adalah benar. Asersi mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu
sebagai elemen pembentuk (ingredient) argumen dan sebagai keyakinan yang
dihasilkan oleh penalaran (berupa simpulan). Dalam asersi seringkali terjadi
kesalahan interpretasi karena dua bentuk asersi yang berbeda dapat berarti dua
hal yang sama atau dua hal yang sangat berbeda. Untuk mendukung suatu asesi,
asersi harus didukung dengan bukti atau fakta. Bila dikaitkan dengan fakta
pendukung asersi dapat diklasifikasikan menjadi asumsi (assumption),
hipotesis (hypothesis), dan pernyataan fakta (statement of fact).
Dalam argumen, asersi dapat berfungsi sebagai premis (premise) dan
konklusi (conclution). Premis adalah asersi yang digunakan untuk
mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari
serangkaian asersi.
Keyakinan (belief)
Keyakinan adalah tingkat kebersediaan
(willingness) untuk menerima bahwa suatu pernyataan atau teori
(penjelasan) mengenai suatu fenomna atau gejala (alam atau sosial) adalah
benar. Keyakinan merupakan unsur penting penalaran karena keyakinan menjadi
objek atau sasaran penalaran dan karena keyakinan menentukan posisi (paham) dan
sikap seseorang terhadap suatu masalah yang menjadi topik bahasan. Dalam
berargumen dianggap berhasil apabila argumen tersebut dapat mengubah keyakinan,
untuk mencapai itu perlu adanya pemahaman mengenai properitas (sifat)
keyakinan.
Argumen (argument)
Argumen sering kali diartikan sebagai
wujud ketidaksetujuan/ ketidaksepakatan, perselisihan pendapat, atau bahkan pertengkaran
mulut. Dalam pengerian ini argumen berkonotasi negatif. Argumen dalam arti
positif, argumen dapat disampaikan dengan penalaran logis untuk menjelaskan
atau mengajukan bukti rasional tentang suatu asersi (sering dijumpai dalam
bacaan, diskusi ilmiah dan percakapan). Argumen sering kali menggunakan
kata-kata sebagai berikut; jika, maka, karena, sehingga, oleh karena itu,
dengan demikian dsb untuk menunjukan sebuah asersi atau konklusi. Argumen
jika diklasifikasikan menurut bagaimana penalaran diterapkan untuk menurunkan
konklusi, dibagi menjadi argumen deduktif dan argumen induktif.
Argumen deduktif atau juga disebut sebagai argumen logis adalah proses
penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke
pernyataan khusus sebagai simpualan (konklusi). Salah satu bentuk argumen
deduktif adalah pada penalaran silogisme. Argumen induktif merupakan penalaran
yang berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus dan berakhiran
dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut.
Argumen deduktif dan argumen induktif memiliki perbedaan, yaitu jika dalam
argumen deduktif apabila premis benar maka konklusi pasti atau harus benar. Akan
tetapi, dalam argumen induktif, konklusi tidak selalu benar meskipun kedua
premis benar.
Kecohan
Dalam materi sebelumnya sudah dijelaskan bahwa
argumen merupakan cara untuk mengubah kesakinan seseorang, dalam praktiknya ada
orang yang menggunakan argumen semata-mata untuk mewujudkan keinginannya tanpa
memikirkan apakah argumen-argumennya itu benar atau tidak yang demikian itu
disebut dengan kecohan atau salah nalar. Kecohan ada yang disengaja dan ada
yang tidak disengaja, kecohan yang disengaja biasa disebut dengan stratagem
dan kecohan yang tidak disengaja biasa disebut salah nalar.
Stratagem adalah pendekatan atau
cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain mengajukan
argumen yang vaid atau masuk akal. Stratagem biasanya digunakan untuk membela
pendapat yang keliru atau lemah dan tidak dapat dipertahankan secara logis. Oleh
karenanya stratagem biasanya sarat akan kebohongan dan muslihat. Biasanya strategem
digunakan untuk memaksakan kehendak, membujuk sesorang agar meyakini sesuatu,
menjadikan hal yang tidak benar kelihatan benar. cara-cara untuk mempengaruhi
keyakinan orang biasanya berupa persuasi tak langsung, membidik orangnya,
menyampaikan masalah, misrepresentasi, imbauan cacah, imbuan autoritas, imbuan
tradisi, dilema semu, dan imbauan emosi.
Salah nalar adalah penyimpulan tidak
didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Salah nalar sering dijumpai
antara lain: menegaskan konsekuen, menyangkal antesenden, pentaksaan,
parsialitas, pembuktian dengan analogi, merancukan urutan kejadian dengan
penyebab, dan menarik simpulan pasangan.
Aspek Manusia dalam Penalaran
Aspek manusia sangat berpengaruh
dalam argumen khususnya apabila suatu kepentingan pribadi atau kelompok
terlibat dalam suatu perdebatan. Orang seringkali cenderung tidak mau mengakui
kesalahannya, sehingga menyimpulkan tidak sebagai mana mestinya. Seringkali orang
juga mencari aman takut kepada atasan meski apayang dilakukannya tidak benar,
ujung-ujungnya membuat simpulan yang tidak pada mestinya. Dan masih banyak lagi
kecohan yang mungkin terjadi didunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar